Oleh: Ayus Ratna Dilla
Keyakinan dalam ajaran Islam berbeda
dengan dogma atau prasangka, tetapi harus melalui ilmu dan pemahaman.
Sebagaimana perkataan Abu Muslim Al-Khaulani ketika ditanya “bagaimana jika
Anda tidak bisa menikmati dari sebagian yang anda lakukan?” di hadapan para
peyakin yang kukuh, beliau menjawab “manusia tidak akan menjadi peyakin sejati
sampai mampu menjiwai makna keyakinan ke dalam hatinya, yang meliputi keyakinan
terhadap al-Qur’an, Hadits, kematian, keyakinan terhadap kuasa Allah, keyakinan
terhadap ketetapan Allah yang mencakup rezeki dan ajal, serta yakin dengan
sifat dan nama-nama Allah.”
Iman kepada Allah menjadi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan manusia sejak manusia dalam kandungan (Sutoyo 2013) . Dalam hal ini, seorang individu meyakini bahwa Dzat yang maha
menciptakan dunia dengan segala isinya ialah Allah dengan segala sifatnya yang
amat sempurna. Maka setiap insan pastilah akan bergantung, menyembah, memohon
perlindungan dan mengadukan segala suka duka kepada-Nya.
Oleh karena itu, fitrah beriman inilah yang menyebabkan
individu sejak lahir cenderung ke hal-hal yang positif dan merasa resah dan gelisah ketika melakukan
hal-hal yang negatif. Yakin beriman
kepada Allah berarti harus yakin pula kepada malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat-Nya dan pada qada-qadar yang telah
ditetapkan-Nya.
Orang yang beriman adalah mereka
yang bebas menentukan pandangan dan jalan hidupnya sendiri berdasarkan
pertimbangan akal sehat dan jujur tentang apa yang benar-benar salah, antara
mana yang baik dan buruk. Apabila mendengar sesuatu yang dipercaya sebagai
sumber kebenaran, orang yang beriman tidak langsung tunduk sembarangan, namun
tetap kritis dan dipertimbangkan dengan akal sehat.
Sebagaimana firman Allah Swt.:
وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن
كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Artinya: Janganlah kamu bersikap
lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS.
Ali Imran: 139)
Orang yang beriman akan selalu
tampil sebagai seorang yang penuh percaya diri, berani dan berkepribadian kuat.
Namun tidak terkungkung oleh kesombongan dirinya sendiri dan tidak pula menjadi
tawanan egonya, maka orang yang beriman ialah orang yang jujur dan adil. Tauhid
sangatlah erat dengan nilai-nilai positif tersebut.
Seluruh kehidupan muslim berpusat
dan dibentuk oleh Allah, Allah-lah yang memberi manusia makan agar tidak lapar,
memberikan keamanan dan banyak kemurahan kepada semua manusia. Semua hal
tersebut berlandaskan firman Allah dalam kitab suci-Nya yakni al-Qur’an. Oleh
karena itu dalam konseling Islam, konselor harus mendalami konsep prinsip yakin pada rukun iman dalam firman-firman
Allah di dalam al-Qur’an agar dapat mewarnai konseli secara keseluruhan dengan
Islam, karena yakin dalam ajaran Islam harus melalui ilmu, pemahaman dan
kesaksian.
Membantu menyadarkan diri konseli
mengenai potensi dirinya dan meningkatkan kesadaran beriman dapat dilakukan
dengan mengupayakan sang konseli untuk bersabar, bertawakal secara keseluruhan,
ridha dan takwa pada segala ketetapan Allah. Adapun bantuan yang dapat
diberikan untuk meningkatkan keyakinan pada rukun iman sang konseli melalui
terapi dengan memberikan pemahaman. Diantaranya yakni, dengan menanamkan
keimanan dengan akidah ketauhidan dalam jiwa dan menumbuhkan ketakwaan dalam
hati, mewajibkan menjalankan ibadah, terapi sabar dengan membiasakan diri
senantiasa berdzikir, beristighfar dan bertawakal kepada Allah, atau dengan
berbagai konsep yang bertahap seperti rayuan, ancaman, kisah dan banyak lagi.
Iman menjadi jaminan yang paling
kuat dan kokoh dalam menghadapi kekuatan dan kekecewaan dalam pasang surutnya
kehidupan. Orang-orang yang beriman tidak akan berputus asa atau kehilangan
kepercayaan diri dalam situasi dan kondisi apapun. Karena mereka tahu bahwa
diri mereka terikat dengan kekuatan dan kekuasaan yang tidak terbatas dari Sang
Pencipta alam semesta. Dalam segala keadaan hati mereka senantiasa tenang,
jernih dan kuat karena selalu ingat akan perlindungan Allah Swt (Thabathaba’i 2011) . Oleh karena itu, keimanan seseorang dengan rasa yakin yang bulat
sangatlah berpengaruh dalam kehidupannya.