Diskusi Bedah Tesis Intertekstualitas Al-Qur’an: Formasi Diskursif, Fragmentasi Epistemologis, dan Signifikansi Metodologis Karya Egi Tanadi


Oleh: Septhiana Lutfia Hajar

Jumat 17 Mei 2024, Komunitas Literat Muda kembali mengadakan kegiatan rutin bersama para anggotanya yaitu diskusi bacaan. Diskusi kali ini bertemakan Bedah Tesis dengan judul Intertekstualitas Al-Qur’an: Formasi Diskursif, Fragmentasi Epistemologis, dan Signifikansi Metodologis Karya Egi Tanadi. Acara bedah tesis kali ini dipimpin oleh M. Faiz Nur Ilham selaku pemateri dan dimoderatori oleh Lidya Karmalia.

Diskursus Intertekstualitas merupakan kajian kontemporer yang secara embrional sebenarnya telah banyak digunakan oleh tokoh terdahulu namun secara formalnya dipelopori oleh Julia Kristeva, kritikus sastra asal Bulgaria.

Semasa kuliah Julia mengambil jurusan Filsafat pada sebuah Universitas di Prancis. Dirinya memiliki ketertarikan yang lebih pada bidang linguistik dan ide mengenai tercetusnya Intertekstualitas tersebut lahir dari Julia ketika ia masih berstatus mahasiswi. Kala itu, Julia merasa bidang kesusastraan yang berkembang di Prancis tidak bisa membongkar kesubjektivitasan dari sebuah teks. Dari hal tersebut dirinya merasakan adanya kegelisahan intelektual, Julia beranggapan bahwa seharusnya sebuah teks dapat menjelaskan sosio kultural, kesubjektivitasan, dan sisi historisitas dari teks yang dikandungnya, sehingga ia merekonstruksi pemikiran dan pemahaman yang ada dan kemudian mendorong lahirnya teori Intertekstualitas.

Definisi intertekstualitas sendiri yaitu sebuah pendekatan yang digunakan untuk memahami sebuah teks dengan sisipan pemahaman dari teks-teks lain. Tujuan pendekatan intertekstualitas itu sendiri adalah untuk memberikan makna secara keseluruhan terhadap karya yang ditelaah. Sebuah karya tidak dapat dilepaskan dengan teks-teks lain yang telah ada sehingga dalam upaya memahami sebuah karya sastra pembaca pun juga harus mengenal dan memahami teks-teks lain yang terkait. Maka jika dihubungkan dengan wacana dalam studi Islam teori atau pendekatan intertekstualitas ini dapat dikaitkan dengan al-Qur’an sebagai kumpulan teks-teks suci umat Islam, sesuai dengan judul tesis yang kali ini kita bahas bersama yaitu Intertekstualitas Al-Qur’an.

Pengertian intertekstualitas sebagaimana yang telah dijelaskan di atas maka jika disematkan Al-Qur’an berarti suatu upaya untuk mengkaji Al-Qur’an dari sumber teks-teks suci di luar Al-Qur’an seperti hadis, Injil, Taurat, dan tradisi suci lainnya. Dengan kata lain, intertekstualitas al-Qur’an berarti kajian mengenai dialog atau hubungan antara teks-teks al-Qur’an dengan budaya dan sejarah yang terjadi di masanya. Banyak ulama tafsir menggunakan pendekatan ini untuk menggali lebih dalam makna-makna yang dikandung al-Qur’an dengan membandingkan dan menghubungkan teks-teks suci agama lain, hal tersebut bertujuan untuk memperkaya pemahaman terhadap konteks sejarah dan sosial.

Salah satu diskursus studi Al-Qur’an yang sedang naik daun ini seolah menyatakan bahwa kitab suci Al-Qur’an tidak hanya dapat dikaji melalui kajian keislaman saja seperti kajian tafsir, qira’at dan ulumul Qur’an saja. Melainkan dapat dikaji secara multikultural atau interdisipliner dari berbagai aspek, salah satu bentuk kajian Al-Qur’an secara interdisipliner ini yaitu dengan pendekatan intertekstualitas.

Eksistensi intertekstualitas Al-Qur’an bagi para orientalis dijadikan sebagai upaya untuk melepaskan kesakralan teks kitab suci Al-Qur’an atas bias informasi dan kebenaran yang meliputinya. Contohnya para orientalis yang menelisik teks-teks suci di sekitar Al-Qur’an beranggapan bahwa konsep ruh Al-Qur’an dan konsep ruh Taurat adalah sama sehingga mereka menganggap kitab Al-Qur’an merupakan kitab yang menjiplak dari kitab suci sebelumnya, selain itu juga Al-Qur’an dikatakan memiliki sisi ahistoris (dianggap fiktif). Dengan begitu keberadaan intertekstualitas Al-Qur’an bagi orientalis seolah ingin membongkar atau merekonstruksi sejarah Al-Qur’an.

Selain digunakan oleh pemikir Barat, diskursus intertekstualitas Al-Qur’an juga diadopsi oleh oleh sarjana muslim guna menjadikan wacana dalam studi Al-Qur’an yang lebih progresif. Intertekstualitas Al-Qur’an ditujukan untuk menggali makna-makna dalam Al-Qur’an dan mengkontekstualisasikannya. Dengan demikian, dapat semakin terbukanya konten atau kajian mengenai Al-Qur’an terhadap berbagai aspek.
Previous Post Next Post

Contact Form