Etika Bermasyarakat Dalam Al-Qur'an Kajian Tafsir Maudhu’i Q.S Al-Hujurat (49) : 11


Oleh: Auliatul Irvi Lestari

Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain itu, manusia juga harus pandai dalam bermasyarakat, khususnya pada kehidupan sehari-hari. Etika merupakan bahasan yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan kita. Seberapa besar orang lain menghargai kita, tidak akan luput dengan sebagaimana mungkin juga kita memperlakukan orang lain. Islam sebagai agama yang mempunyai konsep dan solusi kongkrit untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di muka bumi, contohnya cara melakukan kehidupan sosial yang baik dan tentunya sesuai dengan Al-Qur’an. Islam juga mengajarkan tentang penghormatan terhadap sesama manusia. Rasulullah semasa hidup banyak mengajarkan arti penting akhlak terhadap manusia. Sesungguhnya tujuan diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak.

Adapun nilai-nilai yang beliau tanamkan dapat kita selami dari berbagai sirah Nabi Muhammad, berbagai kisah dalam Al-Qur’an dan hadis juga menyebutkan toleransi yang hakiki. Adapun ayat-ayat yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu nilai sosial yang terdapat dalam surah Al-Hujurat ayat 11 yang berkaitan dengan  menyuruh umat manusia untuk menciptakan persaudaraan, perdamaian, keadilan, persatuan umat dan sikap saling menghormati serta melarang semua perbuatan yang dapat menimbulkan pertikaian maupun perpecahan antar masyarakat. Maka dari itu, artikel ini akan mengupas dari salah satu ayat, yakni tentang etika bermasyarakat dalam Al-Qur’an.

Etika Bermasyarakat dalam Al-Qur’an

Etika berarti suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang moralitas, atau suatu ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral. Selain itu, etika juga dipahami sebagai filsafat atau pemikiran kritis yang mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan moral. Dalam perkembangan selanjutnya, etika tidak hanya dipahami sebagai ilmu, tetapi sekaligus dapat berarti nilai dan norma, moral, akhlak,  asas, dan tingkah laku. Adapun penafsiran ayat-ayat etika bermasyarakat terdapat dalam surah Al-Hujurat (49): 11:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ
وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim."

Secara nas, larangan memperolok-olok itu ditujukan kepada kaum laki-laki, lalu diiringi dengan larangan yang ditujukan kepada kaum wanita. Seperti dalam firman Allah Swt.:

وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُم
“Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri”.

Makna yang dimaksud ialah janganlah kamu mencela orang lain, atau janganlah sebagian dari kamu mencela sebagian yang lainnya.

وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَاب

“Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk”.

Yakni janganlah kamu memanggil orang lain dengan gelar yang buruk yang tidak enak didengar oleh yang bersangkutan.

بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَان

“Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman”.

Yakni, seburuk-buruk sifat dan nama ialah yang mengandung kefasikan yaitu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seperti yang biasa dilakukan di zaman Jahiliah bila saling memanggil di antara sesamanya. Kemudian sesudah kalian masuk Islam dan berakal, lalu kalian kembali kepada tradisi Jahiliah itu.

وَمَنْ لَمْ يَتُب فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُون

“Dan barang siapa yang tidak bertaubat, yakni dari kebiasaan tersebut. Maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (Surah Al-Hujurat: 11) .

Dalam hal ini surah Al-Hujurat meletakkan dasar-dasar kehidupan yang ideal. Selain itu, agama Islam juga sangat memperhatikan pemeluknya, hingga hidup bersosial dalam tatanan masyarakat pun dibahas begitu detail dalam Al-Qur’an. Maka pembelajaran tentang adab dan akhlak sangatlah penting dalam diri setiap manusia. Surah ini  membahas mengenai etika sosial kemasyarakatan yang sangat berpengaruh dan bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi bisa disimpulkan bahwa etika bermasyarakat dalam Al-Qur’an disini dijelaskan bahwa manusia merupakan ciptaan Allah Swt, yang diciptakan bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa, dengan tujuan untuk saling mengenal antar manusia yang satu dengan yang lainnya, sehingga dengan mengenal tersebut manusia saling berinteraksi dan saling melengkapi juga saling membutuhkan, serta bekerjasama dalam berbagai kebutuhan hidup. Maka dalam tafsir ayat ini dijelaskan bahwa tidak diperkenankan untuk menghina dan tidak menghargai sesama manusia, karena yang menjadi penilaian di hadapan Allah Swt bukan fisik dan kecerdasan, melainkan hanya di nilai dari segi ketakwaan orang itu sendiri.

Refrensi

Itsna Fitri Choirun Nisa’, dkk.  “Etika Sosial Kemasyarakatan dalam Al-Qur’an Studi Pemaknaan Surat Al-Hujurat”,  Jurnal Riset Agama 2, no. 1 (2022).
Previous Post Next Post

Contact Form