Oleh: Auliatul Irvi Lestari
Sebagai
makhluk sosial, manusia memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain itu,
manusia juga harus pandai dalam bermasyarakat, khususnya pada kehidupan
sehari-hari. Etika merupakan bahasan yang sudah tidak asing lagi dalam
kehidupan kita. Seberapa besar orang lain menghargai kita, tidak akan luput
dengan sebagaimana mungkin juga kita memperlakukan orang lain. Islam sebagai
agama yang mempunyai konsep dan solusi kongkrit untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang ada di muka bumi, contohnya cara melakukan kehidupan sosial
yang baik dan tentunya sesuai dengan Al-Qur’an. Islam juga mengajarkan tentang
penghormatan terhadap sesama manusia. Rasulullah semasa hidup banyak
mengajarkan arti penting akhlak terhadap manusia. Sesungguhnya tujuan diutusnya
beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak.
Adapun
nilai-nilai yang beliau tanamkan dapat kita selami dari berbagai sirah Nabi
Muhammad, berbagai kisah dalam Al-Qur’an dan hadis juga menyebutkan toleransi
yang hakiki. Adapun ayat-ayat yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu nilai
sosial yang terdapat dalam surah Al-Hujurat ayat 11 yang berkaitan dengan menyuruh umat manusia untuk menciptakan
persaudaraan, perdamaian, keadilan, persatuan umat dan sikap saling menghormati
serta melarang semua perbuatan yang dapat menimbulkan pertikaian maupun
perpecahan antar masyarakat. Maka dari itu, artikel ini akan mengupas dari
salah satu ayat, yakni tentang etika bermasyarakat dalam Al-Qur’an.
Etika Bermasyarakat dalam Al-Qur’an
Etika
berarti suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang moralitas, atau suatu ilmu
yang menyelidiki tingkah laku moral. Selain itu, etika juga dipahami sebagai
filsafat atau pemikiran kritis yang mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan moral. Dalam perkembangan selanjutnya, etika tidak hanya dipahami
sebagai ilmu, tetapi sekaligus dapat berarti nilai dan norma, moral,
akhlak, asas, dan tingkah laku. Adapun
penafsiran ayat-ayat etika bermasyarakat terdapat dalam surah Al-Hujurat (49):
11:
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا
مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ
وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
"Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka
(yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok)
perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik
daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan
saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan)
fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang
zalim."
Secara nas, larangan memperolok-olok
itu ditujukan kepada kaum laki-laki, lalu diiringi dengan larangan yang
ditujukan kepada kaum wanita. Seperti dalam firman Allah Swt.:
وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُم
“Dan janganlah kamu mencela dirimu
sendiri”.
Makna yang dimaksud ialah janganlah
kamu mencela orang lain, atau janganlah sebagian dari kamu mencela sebagian
yang lainnya.
وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَاب
“Dan janganlah kamu
panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk”.
Yakni janganlah kamu memanggil orang
lain dengan gelar yang buruk yang tidak enak didengar oleh yang bersangkutan.
بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَان
“Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman”.
Yakni, seburuk-buruk sifat dan nama
ialah yang mengandung kefasikan yaitu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang
buruk, seperti yang biasa dilakukan di zaman Jahiliah bila saling memanggil di
antara sesamanya. Kemudian sesudah kalian masuk Islam dan berakal, lalu kalian
kembali kepada tradisi Jahiliah itu.
وَمَنْ لَمْ يَتُب فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُون
“Dan barang siapa yang tidak
bertaubat, yakni dari kebiasaan tersebut. Maka mereka itulah orang-orang yang
zalim” (Surah Al-Hujurat: 11) .
Dalam hal ini surah Al-Hujurat
meletakkan dasar-dasar kehidupan yang ideal. Selain itu, agama Islam juga
sangat memperhatikan pemeluknya, hingga hidup bersosial dalam tatanan
masyarakat pun dibahas begitu detail dalam Al-Qur’an. Maka pembelajaran tentang
adab dan akhlak sangatlah penting dalam diri setiap manusia. Surah ini membahas mengenai etika sosial kemasyarakatan
yang sangat berpengaruh dan bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi bisa disimpulkan bahwa etika bermasyarakat dalam Al-Qur’an disini
dijelaskan bahwa manusia merupakan ciptaan Allah Swt, yang diciptakan
bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa, dengan tujuan untuk saling mengenal antar
manusia yang satu dengan yang lainnya, sehingga dengan mengenal tersebut
manusia saling berinteraksi dan saling melengkapi juga saling membutuhkan,
serta bekerjasama dalam berbagai kebutuhan hidup. Maka dalam tafsir ayat ini
dijelaskan bahwa tidak diperkenankan untuk menghina dan tidak menghargai sesama
manusia, karena yang menjadi penilaian di hadapan Allah Swt bukan fisik dan
kecerdasan, melainkan hanya di nilai dari segi ketakwaan orang itu sendiri.
Refrensi
Itsna Fitri Choirun
Nisa’, dkk. “Etika Sosial Kemasyarakatan
dalam Al-Qur’an Studi Pemaknaan Surat Al-Hujurat”, Jurnal
Riset Agama 2, no. 1 (2022).