Studi Orientalis: Pembijakan Penggunaan Gadget Guna Mencegah Pudarnya Budaya Pesantren di Indonesia


Oleh: Achmad Charis Affandi

Orientalisme banyak diartikan dengan mahasiwa Barat yang mempelajari tentang ketimuran, baik dari agama, sosial dan budaya, serta peradaban. Kaum orientalis menganggap bahwa orang Timur telah jauh tertinggal peradabannya daripada orang Barat. Dalam segi agama mereka beranggapan bahwa Islam merupakan ancaman terhadap agama masyarakat Barat (Kristiani). 

Oleh karenanya dahulu banyak pengetahuan tentang Islam yang digambarkan tidak semestinya oleh masyarakat Barat sebab kecurigaan dan kebencian serta ketidak mengertikan. Hal itu ditimbulkan atas rasa cemburunya masyarakat Barat terhadap kemajuan masyarakat Timur dari berbagai aspek, termasuk dari segi agama, kedokteran, dan teknologi. Yang mana ketimuran lebih maju terlebih dahulu ketimbang masyarakat Barat sebelum mengalaminya kemunduran masyarakat Timur. 

Pada hakikatnya orientalisme telah berurat tumbuh mekar sejak 1000 tahun yang lalu. Namun demikian, orientalis mulai dikenal sekitar akhir abad ke-18 atau lebih tepatnya tahun 1779 Masehi di Inggris, kemudian tahun 1788 di Prancis. Adapun yang melatarbelakangi orientalisme ini muncul karena oleh perbenturan antara agama Islam dan Kristen di Andalus dan Sisilia, sedangkan perang salib adalah merupakan motivasi terkuat bagi bangsa Eropa Kristen untuk mempelajari Islam dan adat istiadatnya.

Budaya pesantren di Indonesia merupakan tradisi di mana tempat menggali ilmu agama dengan ngaji yang dilakukan oleh para santri dan kiai. Ngaji dengan kitab gundul (kitab tulisan arab yang belum ada harakat dan maknanya) yang telah dikarang oleh para ulama salaf yang sesuai dengan syariat agama Islam. Di mana dengan ngaji tersebut bertujuan untuk mencari keselamatan di dunia dan di akhirat, serta mengunggulkan akhlāqul-karīmah terhadap sesama ciptaan Allah SWT.

Perkembangan zaman yang semakin melesat, gadget hadir dalam bingkai kehidupan umat manusia, membuat manusia merasa lebih mudah dalam menerima informasi lewat gadget yang dimilikinya. Dari kalangan orang kota hingga masyarakat desa sudah banyak yang menggunakan gadget untuk memudahkan urusannya. Dengan begitu membuat instan segala yang di maunya, seperti dalam menggali informasi, komunikasi, bekerja, membuat konten dan banyak lain contohnya dalam penggunaan gadgetnya.

Kini gadget hadir berkembang teknologinya yang rata-rata diproduksi oleh orang-orang Barat, yang bisa dinikmati oleh siapapun termasuk orang-orang Timur. Hal itu tentu dapat mempengaruhi perubahan pada budaya masyarakat Timur, termasuk di Indonesia. Apalagi Indonesia sendiri pernah merasakan penindasan dan penjajahan oleh orang-orang koloni (Belanda). 

Bila dahulu orang barat menjajah Indonesia dengan peperangan, kini mereka menjajah Indonesia dengan kemajuan teknologinya yang dapat merusak mental anak-anak muda bila tidak bijak dalam penggunaannya. Karena dampak negatif dari penggunaan gadget yang tidak batasi penggunaannya juga cukup banyak, diantaranya yang melahirkan konten-konten tidak senonoh untuk di tonton, juga mengakibatkan kecanduan dalam menggunakannya. Lebih parahnya lagi bila telah merusak pola pikirnya.

Dampak negatif dari gadget juga bisa memudarkan budaya di Indonesia terhadap anak-anak bangsa. Dari segi pendidikan anak-anak yang kecanduan dengan gadget untuk nge-game online tanpa dibatasi maka akan menyebabkan malas belajar. Di sisi lain dengan adanya game di gadget membuat hilangangya permainan tradisional yang dulu sering dilakukan oleh anak-anak tempo dulu. Hal itu yang dapat menimbulkan sifat kesendirian dan seolah hanya memiliki teman dalam dunia virtual saja, yang tidak jelas asal usul dan perawakannya.

Sisi negatif yang lain dari kecanduan pengguna gadget yakni menjadi tidak bisa mengatur waktu, gangguan tidur, memudarnya kreativitas dan ancaman cyber bullying. Sedang dari segi kesehatan, kecanduan menggunakan gadget dapat menyebabkan mata lelah, terasa tidak nyaman dan merah, dan timbul gangguan penglihatan, seperti mata minus. 

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa, di sisi lain gadget yang merupakan produk orang-orang Barat juga memiliki sisi positif dari segi kegunaannya yang memudahkan pekerjaan manusia. Dengan adanya gadget bisa membantu buat komunikasi tanpa bertemu, bisa pula buat sarana pembelajaran, dan banyak contoh lain dari manfaat gadget

Seperti yang sudah ada sejak dahulu, tradisi di pesantren dahulu ngaji menggunakan kitab yang tertulis di kertas. Namun seiring dengan adanya perkembangan teknologi gadget sehingga kitab tersebut bisa dipergunakan dengan di download terlebih dahulu menggunakan aplikasi. Bila dahulu ngaji harus ber-muwajjahah (bertatap muka) dengan kiainya, maka sekarang sudah banyak konten dakwah yang isinya tuntutan agama.

Menurut Habib Umar b. Hafidz, ulama asal Hadramaut, Yaman mengatakan, “Jadikanlah TV, HP, Internet dan alat-alat teknologi lainnya sebagai pelayan dan pembantu untuk agamamu, jika tidak maka alat-alat itu akan merusak dirimu, sedangkan engkau akan tertawa karena tidak menyadarinya. Ia hanya akan merusak hatimu, akalmu, akhlakmu, dan pikiranmu, tanpa engkau menyadarinya. Manusia akan mati kapanpun tetapi tulisan akan kekal selama-lamanya. Maka tulislah kata-kata yang akan menyebabkan kita gembira di akhirat kelak.”

Dengan begitu maka sebaiknya penggunaan gadget harus dibatasi dengan bijaksana agar tidak dapat menimbulkan ancaman kejahatan dan tindakan kriminal lainnya, karena menolak pun juga tidak bisa dengan keadaan zaman penuh teknologi yang semakin berkembang pesat. 

Dapat dikatakan “Jowo digowo  barat digarap lan diruwat”, kalau dalam bahasa Indonesianya, budaya jawa tetap harus dibawa,  dan budaya Barat harus disaring lagi. Oleh karenanya kita tetap boleh mengikuti perkembangan zaman dan menggunakan produk-produk dari orang Barat dengan artian harus dipilah dan pilih mana yang pantas untuk dipergunakan di daerah kita, namun tanpa meninggalkan tradisi pesantren yang sudah ada di Indonesia sejak peninggalan nenek moyang kita.
Previous Post Next Post

Contact Form