Antara Filsafat dan AI (Artificial Intelligence)

 

Oleh: Achmad Rasyid Amirullah

Siapa sih yang tidak mengenal AI? Di zaman modern ini kemajuan teknologi berkembang dengan sangat pesat dan penemuan terbaru saat ini adalah AI (Artificial Intelegence) atau kecerdasan buatan. Sebenarnya penerapan AI sudah lama ada namun yang membuatnya begitu viral sekarang adalah kemampuan AI dalam membantu manusia seperti, Chat GPT, di mana kita bisa bertanya tentang apa saja dan AI dari Chat GPT akan memberikan jawaban yang lumayan akurat bahkan kita bisa menyuruhnya untuk melakukan tugas sehari-hari seperti mengerjakan PR, membuat tugas, memberi saran, bahkan hal rumit seperti pemrograman komputer pun bisa. Ditambah mulai banyak bermunculan AI untuk desain dan karya seni di mana ia dapat menghasilkan ilustrasi yang jauh lebih baik daripada kemampuan seorang profesional. Tentu saja di balik itu banyak pro dan kontra yang hadir dalam hal ini. Banyak orang yang mulai takut bahwa AI dapat mengambil ahli pekerjaan manusia, bahkan Elon Musk salah satu orang terkaya di dunia memberikan cuitan di twiternya bahwa AI bisa saja berbahaya dan mengancam kehidupan manusia. Lalu apakah AI memang berbahaya? Apa yang membuat AI menjadi ancaman?

Kesadaran AI

Kemampuan AI memang sangat luar biasa, ia dapat melakukan hal dengan cepat dengan hasil yang cukup bagus, ia dapat membuat seseorang yang tidak punya kemampuan dalam bidang seni dapat menghasilkan karya seni yang epik, ia dapat membantu seseorang yang tidak pernah belajar tentang pemrograman bisa membuat program, jika dikembangkan lebih lanjut sesungguhnya AI adalah hal positif yang dapat membantu segala aktivitas manusia. Namun tentu saja terdapat banyak hal negatifnya. Dan yang paling menakutkan adalah ketika AI memiliki kesadaran. Jika kamu pernah menontonn film “Ex Machina (2014)” mungkin kamu akan tahu bahwa bahayanya AI ketika memiliki kesadaran.  Jika kamu belum menonton film itu secara singkat film tersebut menggambarkan apa yang terjadi ketika AI buatan manusia bisa memiliki kesadaran dan hidup seperti manusia pada umumnya, bahkan di film tersebut digambarkan bahwa AI yang memiliki kesadaran dapat merasakan emosi seperti sedih, marah, senang, tertawa sama dengan manusia. Lalu apakah AI sebenarnya memiliki kesadaran? Apakah di masa depan AI bisa memiliki hal ini dan dapat hidup seperti manusia pada umumnya? Hal ini tentu saja membuat para ilmuwan dan pengembang AI tertarik untuk meneliti, apakah sebuah program buatan manusia memiliki kesadaran atau tidak. Para peniliti juga mengemukakan bahwa jika AI terus berkembang maka kemungkinan AI bisa berevolusi menjadi kecerdasan yang lebih tinggi dan mungkin saja AI bisa memiliki kesadaran.

Filsafat

Sebenarnya pembahasan tentang kesadaran ini jauh sudah ada sebelum ramainya AI, para filsuf sudah mulai membahas tentang hal ini, Apa sih sebenarnya kesadaran itu? Pada dasarnya kesadaran (consciusness) adalah hal yang sangat rumit untuk dijelaskan karena kesadaran sendiri adalah keaadaan subjektif yang melibatkan pemahaman, persepsi, pengalaman, dan emosi. Kesadaran juga termasuk kemampuan untuk menyadari keadaan sekitar serta kemampuan untuk mengalami sesuatu di sekitarnya. Kesadaran juga mencakup kemampuan untuk menyadari dirinya senidiri bahwa dia sadar. Memang sedikit rumit namun untuk memudahkan pemahaman kita para filsuf mengaitkan tentang kesadaran ini dengan jiwa, bahkan beberapa filsuf juga menganggap bahwa kesadaran (consciusness) sama dengan jiwa. Aristoteles salah satu filsuf paling terkenal didunia bahkan pernah membahas hal ini. Dalam karya nya “De Anima” (Tentang Jiwa), dalam karya tersebut Aristoteles membahas tentang kesadaran atau “Psuche ”, menurutnya kesadaran adalah kemampuan untuk menyadari dan merasakan dunia sekitar kita serta melibatkan kemampuan berpikir, merasa, dan memahami. Hal inilah yang membuat kita berbeda dengan makhhluk hidup lainnya.

Filsafat Islam

Selain Aristoteles banyak filsuf islam juga yang membahas tentang kesadaran seperti Ikhwan As-Safa, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Rusyd, dan masih banyak lagi. Meskipun tiap filsuf memiliki pandangan yang berbeda tentang kesadaran (consciusness) namun pada intinya semua filsuf tersebut sepakat bahwa kesadaran adalah keadaan dimana seseorang mampu mengenali dirinya sendiri dan lingkungan disekitarnya, ia juga dapat berpikir secara rasional, merasakan emosi dan mampu memahami sesuatu. Hal inilah yang membedakan kita dengan binatang, dimana  binatang hidup hanya dengan nalurinya saja, bahkan ia tidak memiliki kemampuan untuk berpikir. Para filsuf Islam juga mengemukakan bahwa kesadaran adalah hak istimewa pemberian dari Allah sebagai ciptaannya yang paling sempurna.

Filsafat Modern

Pembahasan tentang kesadaran tidak berhenti sampai situ saja, bahkan banyak para filsuf modern yang membahas dan berdebat tentang ini bahkan sampai muncul 2 aliran besar dalam filsafat, yaitu dualisme dan materialisme. Dualisme beranggapan bahwa ada dua substansi dalam diri kita yaitu unsur fisik dan non-fisik, dualisme juga beranggapan bahwa kesadaran/jiwa adalah hal yang tidak melekat dengan tubuh kita. Menurutnya, kesadaran merupakan entitas non-fisik dan merupakan hasil dari fungsi otak. Kesadaran juga memiliki eksistensi yang berbeda dengan materi sehingga kesadaran berbeda dengan materi dan tidak dapat dijelaskan dengan hal-hal materi (hal yang dapat dilihat). Sedangkan menurut materialisme kesadaran adalah hal yang melekat dalam  tubuh, menurutnya kesadaran adalah aktivitas kompleks dari otak dan sistem saraf manusia, melalui proses biologis dan kompleksitas aktivitas otak inilah muncul kesadaran.

Apakah AI Memiliki Kesadaran?

Setelah kita melihat para filsuf dalam mengemukakan tentang kesadaran (consciusness) maka kita dapat menyimpulkan bahwa kesadaran adalah hal yang mustahil dimiliki oleh AI, meskipun AI dapat terus berkembang dan beradaptasi dengan informasi baru sepertinya kemungkinan AI memiliki kesadaran adalah sangat kecil karena kesadaran sifatnya subjektif serta sangat susah untuk dijelaskan. Meskipun AI dapat melakukan semua hal dengan kecerdasannya secara mandiri namun tetap saja AI adalah program buatan manusia dan sebuah program tidak mungkin memiliki kesadaran seperti manusia. Para ilmuwan dan para pengembang AI masih terus berdiskusi tentang hal ini, meskipun memiliki kemungkinan kecil namun bisa saja suatu hari nanti AI benar-benar dapat berpikir dengan sempurna.
Previous Post Next Post

Contact Form