Teori Evolusi Charles Darwin


Oleh : Nur Annisa Fitria

Evolusi merupakan salah satu konteks cabang ilmu biologi yang membahas tentang perubahan struktur dari makhluk hidup. Term evolusi telah menjadi objek perhatian masyarakat yang dicetuskan oleh ilmuwan inggris, Charles Darwin. Ada beberapa skema dalam beberapa evolusi ini, salah satunya adalah teori asal-usul manusia. Mulanya teori ini menimbulkan kontruksi pertentangan karena tidak ada unsur dari penciptaan manusia dan alam semesta dari sang pencipta, hampir semua para ilmuwan sepakat mendukung teori evolusi tetapi tidak dengan para agamawan yang tetap bersikeras menentangnya.

Teori evolusi juga memberikan konsekuensi besar terhadap pemisahan ilmu dari agama, hal ini menjadikan kajian terhadap penciptaan tanpa memiliki rasa terhadap nilai religiusnya. Pemikiran ini tidak hanya di bidang biologi tetapi juga di bidang yang lainnya. Sehingga hampir setiap manusia di dunia modern fokus pada segi praktis dari segala hal yang menggunakan istilah evolusi. Karena evolusi tidak hanya diterapkan pada perkembangan bumi dan kehidupan saja melainkan pada perkembangan hukum masyarakat, bahasa dan lain sebagainya. Dalam konteks seperti ini, agama dilihat sebagai sisa kehidupan primitif. Dalam perspektif astronomi juga mengatakan bahwa stabilitas mekanis alam semesta berdasarkan hukum mekanika yang deterministik. Sehingga tanpa sedikitpun menyinggung (kesetaraan) Tuhan dalam konsep alam semesta serta tidak membutuhkan hipotesis semacam (peran Tuhan) dalam kegiatan ilimiah.

Teori ini menggambarkan bahwa asumsi Darwin, manusia berasal dari makhluk yang lebih rendah derajatnya lalu berevolusi bentuk sampai sekarang ini, sedangkan para agamawan menyatakan bahwa Nabi adam adalah manusia pertama yang diciptakan Tuhan dalam bentuk seperti sekarang tanpa melalui proses evolusi. Dengan seiring berjalannya waktu teori evolusi ini berkembang secara penyempurnaan atau modifikasi. Dalam kutipan buku karya Darwin yang berjudul “The on the origin of Species” ia mengemukakan dua gagasan yang pertama, spesies yang ada saat ini adalah keturuan dari spesies nenek moyang kedua, seleksi alam sebagai modifikasi keturunan. Lalu ia menyatakan bahwa “manusia dan kera berasal dari satu nenek moyang yang sama”.

Darwin menyatakan “aneka spesies makhluk hidup tentu tidak diciptakan oleh karena itu ia terpisah oleh Tuhan dan ia memang berasal dari nenek moyang yang sama lalu menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam”, hal ini disebut evolusi seleksi alam. Sebagaimana yang sudah dikatakan bahwa seleksi alam merupakan gagasan makhluk hidup yang paling kuat menyesuaikan diri dengan kondisi alam serta habitatnya yang akan menformulasikan dengan cara membentuk keturunan yang mampu bertahan hidup atau sebaliknya yang tidak mampu akan punah.

Pernyataan Darwin pada beberapa penemuan yang melandasi evolusinya ialah dari perbedaan paruh pada burung Finch letaknya dikepulauan Galapagos serta keanekaragaman jenis burung merpati. Selain itu ia didasarkan pada penelitian Wallace yang mengamati perubahan terjadinya kupu-kupu betina dipulau melayu. Meskipun telah banyak yang dilakukan untuk peneltian tetap saja “evolusi” tidak mendapatkan dukungan dan belum pernah dilandasi oleh penemuan ilmiah yang nyata, khususnya pada bidang fosil.

Beberapa spesies pada teori evolusi menurut Charles Darwin, sebagai berikut:

Australopithecus
Yang berarti “kera daerah selatan”, seluruh spesies ini dikategorikan dalam kelompok yang berbeda, karena sebanarnya hanya jenis kera punah yang menyerupai kera zaman sekarang.
Evolusionis menyatakan bahwa jenis Australopithecus mempunyai anatomi kera, mereka berjalan tegak seperti manusia. dari beberapa bukti yang telah dilakukan sang peneliti oleh ilmuwan ia menyatakan bahwa jenis Australopithecus adalah spesies yang menyerupai kera modern.

Homo Erectus
Dalam dogma “evolusi manusia” yang mana sudah dirancang oleh para evolusionis, fosil yang yang dikategorikan sebagai Homo erectus ditempatkan setelah Australopithecus. Sebagaimana yang sudah dikatakan bahwa kata “erect” “homo erectus” adalah “manusia yang berjalan tegak”. Bukti lain yang absolut mengenai hal ini adalah terdapat pada fosil “anak lelaki turkana”, terbukti bahwa fosil ini merupakan kerangka dari anak laki berumur 12 tahun, lalu ketika ia dewasa dapat mencapai 1,83 meter.

Para evolusionis mengatakan homo erectus masih menjadi “primitif” yang dimana ukuran rongga otak pada tengkoraknya berukuran lebih kecil dari manusia modern. Dan tonjolan alis matanya tebal. Namun hal ini dapat ditemukan banyak orang di era modern saat ini yang memiliki volume otak sebesar homo erectus (misalnya bangsa pigmi), ada juga bangsa yang memiliki alis mata yang menonjol (misal bangsa Aborigin dan Autralia). Salah satu tokoh evolusionis yaitu Richard Leakey menyatakan bahwa Homo erectus dan manusia modern perbedaannya tipis dan tidak lebih dari perbedaan ras. Tetapi dilain sisi terdapat perbedaan sangat besar antara homo erectus, ras manusia yang berangkat dari konsep awal “evolusi manusia” (Australopithecus atau Homo Habilis). Hal ini menandakan dalam catatan fosil secara tiba-tiba serta secara langsung tanpa sejarah evolusi. Bisa jadi konteks ini merupakan petunjuk jelas bahwa makhluk ini telah diciptakan.

Neanderthal, Ras Manusia yang Hilang
Neanderthal merupakan manusia yang muncul secara tiba-tiba dalam 100.000 tahun yang lalu di Eropa kemudian hilang karena melakukan perkawinan dengan ras lain secara diam-diam. Neanderthal disebut ras manusia yang fakta, hal ini sudah diakui oleh hampir semua orang saat ini. Menurut para peneliti masa kini telah mengkategorikan manusia Neanderthal ke dalam sub-spesies manusia modern serta memberi nama “homo sapiens neandetalensis”. Tepatnya, neanderthal adalah ras manusia tegap yang hilang seiring berjalannya waktu.
Previous Post Next Post

Contact Form