Imam Yang Bertemu Rasulullah Lebih Dari 70 Kali


Oleh: Zainul Furqon

Setelah magrib malam Ahad pertengahan Rajab tahun 849 H, di kota Kairo lahir seorang bayi laki-laki di antara tumpukan kitab. Saat itu ibunya akan mengambilkan kitab untuk suaminya yang sangat mencintai ilmu. Dialah calon mujaddid abad 900 Hijriyah, Syaikh al-‘Allamah al-Hafidz Abul Fadl Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi As-Syafi`i.

Di usia yang belum mencapai delapan tahun, beliau sudah hafal al-Qur’an, kitab ‘Umdatul Ahkam, Minhaj al-Nawawi, Alfiyah Ibn Malik, dan Minhaj al-Baidlawi. Kecerdasan dan kegigihannya dalam menuntut ilmu kepada para ulama-ulama besar pada saat itu mengantarkan dirinya menjadi ulama yang ahli dalam segala cabang ilmu tafsir, hadis, fikih, nahwu, dan balaghah. Keluasan ilmunya dalam bidang tersebut (kecuali fikih) tidak dapat dicapai oleh ulama yang sezaman, bahkan oleh guru-gurunya sendiri.

Bukti keluasan ilmunya adalah karya-karyanya yang mencapai lebih dari 600 judul kitab dan beliau diangkat menjadi pemimpin ulama di berbagai tempat. Tampaknya doa yang beliau ucapkan saat meminum air Zam-Zam ketika melakukan ibadah haji pada tahun 869 H, dikabulkan oleh Allah. Dalam doa itu, beliau berharap keluasan ilmu fikih mencapai derajatnya Syaikh Sirajuddin al-Bulqini dan dalam ilmu hadis mencapai derajat al-Hafidz Ibn Hajar Al-‘Asqalani.

Tidak heran jika dalam kitabnya yakni  al-Tahadduth bi Ni`matillah  beliau berkata: “Adapun derajat ijtihad, maka sungguh aku telah mencapainya. Segala puji bagi Allah atas anugerah-Nya, yaitu derajat ijtihad mutlak dalam hukum-hukum syar`iyah, hadis nabawi dan lughah al-'arabiyah. Derajat ijtihad dalam tiga cabang ilmu ini ada pada Syaikh Taqiyuddin As-Subki, dan derajat itu tidak mampu dicapai oleh ulama sesudah beliau, kecuali aku”.

Pengakuan beliau atas pencapaiannya pada derajat ijtihad ini mendapat banyak sanggahan dan penolakan dari ulama pada zamannya. Perang intelektual pun tidak dapat dihindarkan, baik melalui diskusi, dialog, dan karya-karya tulis. Namun, keluasan ilmu yang beliau miliki menjadikannya selalu berada di atas lawan-lawannya. Semua sanggahan terhadap beliau, ia jawab dengan sangat baik.

Di akhir hayat, beliau berzuhud dan memutus hubungan dengan makhluk untuk beribadah kepada Allah di Raudlah. Beliau dianugerahi banyak karomah, terutama terjadi saat sesudah beliau wafat.
Syaikh Zakariya bin Muhammad al-Mahalli ketika mengadukan masalah penting kepada Imam As-Suyuthi, pengarang kitab al-Durr al-Manthur ini memperlihatkan kepada Syaikh Zakariya sebuah tulisan yang menceritakan bahwa beliau pernah berkumpul bersama Rasulullah dalam keadaan sadar sebanyak 70 kali. Imam Zakariya berkata: “Jika ada orang mencapai derajat seperti ini, maka ia tidak membutuhkan pertolongan dan bantuan dari siapapun”.
Diceritakan bahwa imam As-Suyuthi  pernah bermimpi berada di hadapan Rasulullah. Beliau menuturkan kepada Rasulullah tentang kitab yang akan beliau karang dalam bidang hadis, yaitu kitab Jam`ul Jawami`. Beliau berkata kepada Rasulullah: “Aku akan membacakan kepada engkau bagian dari kitab itu”. Rasulullah bersabda: Datangkanlah kepadaku, wahai Syaikhul Hadis!”. Tentang mimpi ini, imam as-Suyuthi mengatakan: “Inilah kebahagiaan besar menurutku, yang lebih agung dari pada dunia dan seisinya”.
Wallahu A`lam bi al-Shawab. 
Previous Post Next Post

Contact Form