Oleh: Muhammad
Rio Ferdinan
Turnamen piala
AFF merupakan turnamen sepakbola ter-akbar di Asia Tenggara. Piala AFF bisa
disebut juga piala dunianya ASEAN. Anggota yang mengikuti piala AFF ini ada 10
tim. Piala AFF digelar 2 tahun sekali. Indonesia berada di grup A yang
beranggotakan Thailand, Brunei, Filipina, dan Kamboja. Dari edisi pertama 1996
sampai sekarang, timnas Indonesia belum pernah juara piala AFF dan hanya runner
up 6 kali. Oleh karena itu, pecinta sepakbola Indonesia berharap bahwa
tahun ini timnas bisa mengangkat Piala AFF. Akan tetapi, kita gagal lagi di semifinal
setelah kalah dari Vietnam di stadion My Dinh 2-0. Kegagalan piala AFF edisi
kali ini sebenarnya sudah terlihat di laga pertama melawan Kamboja. Ada
beberapa faktor dari penyebab kegagalan skuad garuda di piala AFF kali ini.
Tidak
Adanya Striker yang Haus Gol
Di piala AFF kali
ini, timnas indonesia tidak mempunyai striker yang haus gol. Dandy, Spaso,
Sananta dan Rafli gagal menunjukkan performa yang bagus. Sebenarnya di timnas
ada striker yang tajam yaitu Dimas Drajat. Akan tetapi, Dimas cedera sehingga
tidak bisa mengikuti piala AFF kali ini. Dimas sudah membuktikannya di liga 1
ataupun dipertandingan melawan Curacao. Pada saat pertandingan melawan Curacao di
stadion GBLA dan Pakansari, Dimas mampu mencetak 2 gol dan 1 Asist. Sebenarnya
Spaso yang menjadi pengganti Dimas Drajat diharapkan mampu menunjukkan performa
terbaiknya. Akan tetapi, dia gagal menunjukkan performanya karena tidak cocok
dengan strategi coach Shin Tae Yong.
Finishing
Touch yang Bapuk
Dari laga
melawan Kamboja sampai melawan Vietnam kemarin, kita selalu membuang
peluang-peluang untuk dijadikan gol. Egy dan Witan pada saat melawan Kamboja
pada saat sudah by one dengan kiper, gagal mencetak gol. Begitu juga, dengan
Hansamu di saat umpan dari Asnawi gawang yang sudah kosong gagal mencetak gol. Bahkan
coach Shin Tae Yong mengungkapkan kekecewaanya setelah melawan Filpina karena finishing
para pemain timnas yang begitu bapuk. “Saya ucapkan selamat ke pemain, soal
pertandingan sangat tidak puas dan tak senang, mulai dari lawan Kamboja ada 3
peluang terbuang. Setiap pertandingan, saya peringatkan jangan buang peluang,
tapi masih terjadi, karena itu saya kecewa.” Ujar Shin Tae Yong dalam
konferensi pers.
Tidak
Berjalannya Liga Selama 2 Bulan
Setelah tragedi
Kanjuruhan, pemerintah memberhentikan liga sementara. Hal inilah yang membuat
performa para pemain timnas menurun karena tidak adanya liga. Oleh karena itu,
liga sangatlah penting untuk performa timnas, karena di saat tidak adanya liga,
para pemain akan kehilangan atmosfer pertandingan, hilangnya sentuhan, dan fisikpun
menurun. Maka dari itu, kita bisa lihat pada saat pertandingan pertama melawan
Kamboja, timnas kesulitan padahal bertanding di SUGBK.
Setelah gagal
membawa timnas juara di piala AFF kali ini, apakah Shin Tae Yong layak
dipertahankan? Menurut saya masih layak, karena kita lihat perkembangan timnas
kita di bawah asuhan Shin Tae Yong, kita bisa lolos Piala Asia senior setelah
15 tahun. Selain itu, kita bisa mengalahkan timnas Curacao yang berada
diperingkat 80 FIFA. Saya yakin STY bisa membuat performa bagus di piala Asia
karena menggunakan skuad terbaiknya seperti Sandy Walsh, Elkan Banggot, Shayne
Pattynama dan Dimas Drajad.