Oleh: Ita Nurfadillah
Sudah
menjadi kenyataan dalam kehidupan ini, bahwasanya Tuhan menciptakan makhluk di alam
semesta dengan berbagai perbedaan bentuk antar makhluk satu dengan yang
lainnya. Perbedaan terjadi bukan hanya pada rupa bentuk material saja,
melainkan juga pada bentuk inmaterial. Contohnya tentang perbedaan pemikiran,
kepercayaan, idea, dan agama yang dicipta Tuhan dalam bentuk dan juga nama yang
berbeda-beda. Dalam suatu kebenaran, pasti mempunyai dua sisi, yang mana sangat
penting untuk kita lihat keduanya sebelum kita memutuskan menerima salah
satunya. Karena kebenaran sendiri bukanlah suatu hal yang bisa ditentukan
dengan berapa banyak orang yang mempercayainya, melainkan kebenaran akan selalu
mencari jalan untuk mengungkapkan tentang kebenarannya sendiri.
Seperti Konsep wahdat
al-adyan Ibn ‘Arabi merupakan sesuatu yang sangat kontoversial. Sebagai
konsekuensi wahdat al-wujud, dimaknai bahwa semua agama, semua
manifestasi cara berpikir manusia, semua religius, semua mode yang dipilih
seseorang sesuai konteks masing-masing adalah wajah yang banyak dari sumber
yang satu, termasuk agama-agama. Wahdat al-adyan dapat diartikan sebagai
kesatuan agama, demikian konsep wahdat al-adyan ini merupakan sesuatu
yang mengajarkan bahwa pada hakikatnya semua agama memiliki tuujuan yang sama, yakni
sama-sama mengabdi kepada Tuhan yang sama.
Penafsiran wahdat al-adyan
yang diilihat bukan hanya dari segi agama saja yang sama, tetapi juga
sumber dari keseluruhan agama yang ada itu adalah sama, Meskipun pada kebenaran
nya nanti manifestasinya akan berbeda. Pada tradisi spiritual , filsuf Swan
megatakan bahwa semua agama adalah sama. Lalu mengapa masih ada perbedaan? mengapa
masih ada tawuran? kejadian tersebut merupakan tradisi fisiknya, yaitu tradisi
eksoterisnya. Tingkatan level esoteris, semua agama lebih dominan pada
spiritualitas yang satu dan sama, hanya saja diterjemahkan sesuai kapasitas
berfikir dengan konteks masing-masing. Kemudian dikatakan bahwa, secara
eksoteris tradisi pada setiap agama berbeda karena manusia menerjemahkan
spiritualitasnya berbeda-beda dan cenderung ekslusif.
Teori Ibn ‘Arabi lebih
menekankan pada sisi historis yang terletak pada agama agamanya dan itulah yang
membuat sebuah agama berbeda. Dalam syairnya yang terkenal, Ibn 'Arabi
mengungkapkan bahwa "hatiku telah
siap menyambut segala realitas". “Adanya suatu hikmah dan juga
khazanah spiritualitas apapun akan aku terima. Apakah itu hanya Padang rumput
bagi rusa, kuilnya para Rahib, rumah berhala-berhala, Ka'bahnya orang tawaf, lembaran-lembaran taurat, atau
halaman-halaman Al Qur’an. Semua khazanah aku siap menerima. Kenapa, karena aku
mabuk cinta. Ke mana pun Dia bergerak, di mana pun ada Allah di situ aku
mencintai. Cinta kepada-Nya adalah agama dan imanku”.
Islam,
Hindu, Budha, Kristen, Katholik, dan Khonghucu merupakan suatu agama yang kita
tahu adalah beda. Tetapi semua agama-agama ini memiliki suatu kesamaan yaitu
sama sama mencari cara tentang bagaimana seorang hamba dapat dekat dengan
Tuhannya. Bhineka tunggal Ika berbeda tetapi tetap satu jua, begitulah ungkapan
yang sering disampaikan. Bagaimana pun bentuk agamanya namun tujuannya tetaplah
sama yakni sama sama mengabdi kepada Tuhan. Adeng Muchtar Ghazali dalam
karyanya “Pluralisme dan Titik Temu Agama-agama” pada jurnal “Mimbar Studi”, 2005 mengungkapkan
bahwa agama-agama memiliki tujuan yang sama yaitu menyembah pada satu Tuhan
dengan cara yang berbeda. Pada periode keempat presiden, situasi saling
menghargai tentang rasa empati, mengayomi, dan mencintai antara agama begitu
kental di masyarakat. Meskipun tidak semua masyarakat pada masa tersebut,
tetapi masih minoritas pertingkaian antara agama dengan agama lain.
Berbeda
dengan saat ini, pemikiran manusia semakin modern membuat masyarakat semakin
pandai dalam menjalankan aktivitas pekerjaannya, juga mudah mengakses
informasi, namun informasi juga menjadi pertumpahan darah antara agama-agama. Persoalan
agama ditunggangi memang merupakan masalah yang banyak menyita perhatian saat
ini. Berbagai faktor serta tindakan kekerasan maupun konflik yang terjadi
sehingga melibatkan umat beragama mencerminkan perilaku tidak terpuji membuat
nama agama tersebut ternilai buruk pada sebagian masyarakat. Masalah yang
timbul di masyarakat saat ini seakan membuat agama semakin memburuk sehingga
hilang tujuan dari agama yang sudah ditanamkan menjadi prinsip hidup selama
didunia. Bahkan agama dilibatkan dalam urusan budaya, politik, ekonomi, dan
kultur-budaya.daan bentuk antar makhluk satu dengan yang
lainnya. Perbedaan terjadi bukan hanya pada rupa bentuk material saja,
melainkan juga pada bentuk inmaterial. Contohnya tentang perbedaan pemikiran,
kepercayaan, idea, dan agama yang dicipta Tuhan dalam bentuk dan juga nama yang
berbeda-beda. Dalam suatu kebenaran, pasti mempunyai dua sisi, yang mana sangat
penting untuk kita lihat keduanya sebelum kita memutuskan menerima salah
satunya. Karena kebenaran sendiri bukanlah suatu hal yang bisa ditentukan
dengan berapa banyak orang yang mempercayainya, melainkan kebenaran akan selalu
mencari jalan untuk mengungkapkan tentang kebenarannya sendiri.
Seperti Konsep wahdat
al-adyan Ibn ‘Arabi merupakan sesuatu yang sangat kontoversial. Sebagai
konsekuensi wahdat al-wujud, dimaknai bahwa semua agama, semua
manifestasi cara berpikir manusia, semua religius, semua mode yang dipilih
seseorang sesuai konteks masing-masing adalah wajah yang banyak dari sumber
yang satu, termasuk agama-agama. Wahdat al-adyan dapat diartikan sebagai
kesatuan agama, demikian konsep wahdat al-adyan ini merupakan sesuatu
yang mengajarkan bahwa pada hakikatnya semua agama memiliki tuujuan yang sama, yakni
sama-sama mengabdi kepada Tuhan yang sama.
Penafsiran wahdat al-adyan
yang diilihat bukan hanya dari segi agama saja yang sama, tetapi juga
sumber dari keseluruhan agama yang ada itu adalah sama, Meskipun pada kebenaran
nya nanti manifestasinya akan berbeda. Pada tradisi spiritual , filsuf Swan
megatakan bahwa semua agama adalah sama. Lalu mengapa masih ada perbedaan? mengapa
masih ada tawuran? kejadian tersebut merupakan tradisi fisiknya, yaitu tradisi
eksoterisnya. Tingkatan level esoteris, semua agama lebih dominan pada
spiritualitas yang satu dan sama, hanya saja diterjemahkan sesuai kapasitas
berfikir dengan konteks masing-masing. Kemudian dikatakan bahwa, secara
eksoteris tradisi pada setiap agama berbeda karena manusia menerjemahkan
spiritualitasnya berbeda-beda dan cenderung ekslusif.
Teori Ibn ‘Arabi lebih
menekankan pada sisi historis yang terletak pada agama agamanya dan itulah yang
membuat sebuah agama berbeda. Dalam syairnya yang terkenal, Ibn 'Arabi
mengungkapkan bahwa "hatiku telah
siap menyambut segala realitas". “Adanya suatu hikmah dan juga
khazanah spiritualitas apapun akan aku terima. Apakah itu hanya Padang rumput
bagi rusa, kuilnya para Rahib, rumah berhala-berhala, Ka'bahnya orang tawaf, lembaran-lembaran taurat, atau
halaman-halaman Al Qur’an. Semua khazanah aku siap menerima. Kenapa, karena aku
mabuk cinta. Ke mana pun Dia bergerak, di mana pun ada Allah di situ aku
mencintai. Cinta kepada-Nya adalah agama dan imanku”.
Islam,
Hindu, Budha, Kristen, Katholik, dan Khonghucu merupakan suatu agama yang kita
tahu adalah beda. Tetapi semua agama-agama ini memiliki suatu kesamaan yaitu
sama sama mencari cara tentang bagaimana seorang hamba dapat dekat dengan
Tuhannya. Bhineka tunggal Ika berbeda tetapi tetap satu jua, begitulah ungkapan
yang sering disampaikan. Bagaimana pun bentuk agamanya namun tujuannya tetaplah
sama yakni sama sama mengabdi kepada Tuhan. Adeng Muchtar Ghazali dalam
karyanya “Pluralisme dan Titik Temu Agama-agama” pada jurnal “Mimbar Studi”, 2005 mengungkapkan
bahwa agama-agama memiliki tujuan yang sama yaitu menyembah pada satu Tuhan
dengan cara yang berbeda. Pada periode keempat presiden, situasi saling
menghargai tentang rasa empati, mengayomi, dan mencintai antara agama begitu
kental di masyarakat. Meskipun tidak semua masyarakat pada masa tersebut,
tetapi masih minoritas pertingkaian antara agama dengan agama lain.
Berbeda
dengan saat ini, pemikiran manusia semakin modern membuat masyarakat semakin
pandai dalam menjalankan aktivitas pekerjaannya, juga mudah mengakses
informasi, namun informasi juga menjadi pertumpahan darah antara agama-agama. Persoalan
agama ditunggangi memang merupakan masalah yang banyak menyita perhatian saat
ini. Berbagai faktor serta tindakan kekerasan maupun konflik yang terjadi
sehingga melibatkan umat beragama mencerminkan perilaku tidak terpuji membuat
nama agama tersebut ternilai buruk pada sebagian masyarakat. Masalah yang
timbul di masyarakat saat ini seakan membuat agama semakin memburuk sehingga
hilang tujuan dari agama yang sudah ditanamkan menjadi prinsip hidup selama
didunia. Bahkan agama dilibatkan dalam urusan budaya, politik, ekonomi, dan
kultur-budaya.
Tags
Akhlak Tasawuf