Oleh: Sirojul Azmin
Sudahi Keluh Kesahmu, Mari Nikmati
hidup dengan Bersyukur.
Sahabat Literat Muda yang budiman, Bersyukur adalah kunci terbukanya segala ilmu, Bukan tanpa alasan, tapi memang kenyataan. Baik ilmu dhahir maupun ilmu bathin. Kunci keduanya ada pada syukur. Syukur itu bukan sekedar bergumam "matur suwun" belaka, melainkan bukti nyata dalam berterima kasih terhadap segala nikmat yang telah Tuhan berikan kepada kita dengan memanifestasikannya ke dalam bentuk bhakti, istilah “bhakti” dalam kamus agama adalah ibadah. Ibadah yang spektrumnya lebih luas lagi yakni segala bentuk "penghambaan diri" kepada Tuhan.
Selain bhakti, ada juga dharma, yakni suka memberi. Pemberian tidak melulu soal materi, benda, apalagi uang. Menjadi sosok yang mampu menebar kebaikan dalam berbagai bentuk dan konteks apapun itu juga termasuk bentuk kongkrit dari memberi. Memberi dalam bentuk menebarkan ketenangan dengan orang yang kita jumpai dengan wujud "sumeh" atau wajah yang berseri juga terhitung dharma atau dalam bahasa agama dikenal dengan konsep sedekah. Memberi rasa aman dengan menjaga mulut, tangan, kaki, gerakan jari berbasis komen juga termasuk sedekah. Memberi rasa kepercayaan tinggi terhadap privasi orang lain, janji dan amanah juga termasuk sedekah. Sebab spektrum sedekah itu sangat luas,.
كل معروف صدقة
Ya, Segala bentuk
kebaikan itu sedekah.
Kita bersedekah dalam rangka membuat
bias dan efek positif terhadap sekitar, dan ini harus diawali dengan menjadi
pribadi yang positif terlebih dahulu dari internal kita. Jika dalam diri kita
berisi sesutu yg positif maka output kita terhadap lingkungan juga positif.
Tapi jika diri kita berisi banyak hal negatif maka sulit sekali mengkondisikan diri
agar tidak keluar sesuatu yang negatif dari dalam diri kita.
Kebaikan kita tak lain adalah
manifestasi terbesar dari rasa syukur kita, betapa Maha Kasih Sayang Tuhan
kepada kita atas segala nikmat dan karunia-Nya.
Tuhan dalam janji-Nya terhadap hamba
yang bersyukur sangatlah sederhana, tapi sangatlah dahsyat, yakni:
لئن شكرتم لأزيدنكم
Bahasa sederhananya adalah, Jika kamu mau bersyukur, pasti Aku
tambahin,.
"Tambahan" inilah yang sangat bervarian, bisa tambahan
kenikmatan, bisa tambahan berupa "marem, anteng, lan bungah e
manah", bisa tambahan ilmu, tambahan mahabbah kepada Tuhan, dan
tambahan lainnya.
Menantu Nabi Muhammad, Sayyidina ‘Ali, pernah berkata,:
قال علي كرم
الله وجهه:
أن الله لا يعطي
العلم عبده الا هو شاكر
"Pada Hakikatnya, Allah tidak akan memberikan sebuah ilmu (pengetahuan)
kecuali seseorang itu mau bersyukur".
Bersyukur itu membutuhkan latihan dan membutuhkan pembelajaran
serta pembiasaan. Latihan tersebut diawali dari upaya kita mendidik mindset
syukur kita. Butuh mengolah hati, menahan ego, serta memanage segala
keinginan-keinginan yang tidak bermanfaat.
Nabiyullah Musa a.s, disebutkan dalam kitab As-Syukru Li ibn
Abi al-Dunya, hal. 7, pernah melantunkan munajat kepada Allah
يا رب كيف أن أشكرك
وأصغر نعمة وضعتها عندي من نعمك لا يجازي بها عملي كله؟
"Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku bisa bersyukur kepadaMu,
sedangkan kenikmatan terkecilpun yang engkau berikan kepada ku tak sebanding
dengan amal ibadahku,"
فأتاه الوحي، "أن
يا موسى، الآن شكرتني"
Seketika datang wahyu kepada Musa a.s, Firman Tuhan, "Duhai
musa, sekarang kau telah bersyukur kepadaKu (sebab munajatmu tadi)".
Nabiyullah Dawud (David) a.s,
sebagaimana disebutkan dalam Muqaddimah Qurrotul Uyun juga pernah
bermunajat kepada Allah,
إلهي،
كيف أشكرك والشكر نعمة منك عليّ؟
"Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku bisa bersyukur kepadaMu,
sedangkan bersyukur sendiri juga termasuk kenikmatan yang Engkau berikan
kepadaku?"
الآن، شكرتني يا داوود.
Seketika datang wahyu kepada Dawud a.s, Firman Tuhan, "Duhai
Dawud, sekarang kau telah bersyukur kepada-Ku (sebab munajatmu tadi)".
Demikian itu adalah sebagian kecil dari ilmu Syukur yang
didemonstrasikan oleh Nabiyullah Musa & Dawud ‘alaihimas salam.
Semoga kita dijadikan sebagai kategori hamba yang memiliki hati, lisan, dan tingkah yang senantiasa bersyukur.
Tags
Opini