Menyatu Dengan Tuhan

Oleh : Ava Fahmi Yusif Elfiqri

Tasawuf memiliki banyak arti dan istilah, yang semuanya merupakan ajaran kerendahan hati, asketisme, kesederhanaan, jauh dari kemegahan dan selalu rendah hati di hadapan Allah SWT. Pada dasarnya segala perilaku dan perbuatan hanya untuk Allah SWT. Secara umum, kita memahami kata "tasawuf” sebagai gerakan untuk mensucikan jiwa dan hati melalui proses-proses tertentu, di mana sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad. Beberapa ahli bahkan mengatakan tentang para nabi dan jauh sebelum zaman nabi. Diketahui bahwa ajaran tasawuf pada umumnya lebih menekankan pada aspek spiritual. Meskipun filsafat lebih tentang hubungan atau alasan. Munculnya tasawuf filosofis merupakan hasil perpaduan praktik spiritual dan konsep filosofis dari berbagai sumber. Jenis tasawuf ini berdampak besar pada khazanah spiritual Islam di seluruh dunia dan mulai berkembang pada abad 12-14.

Munculnya doktrin estetika tentang Tuhan, dapat ditelusuri kembali kepercayaan kepada Tuhan yang ada asal-usul. Jadi manusia dan Tuhan memiliki jalur komunikasi. Tuhan sebagai makhluk tertinggi, termulia, dan sumber dari segala keindahan. Pada objek fitur Tuhan adalah puncak dari segala keindahan, keindahan ini sangatlah dikagumi untuk mencintai sang Rabb akan ketakjubannya. Keangan-anganan untuk menerima keindahan pada dzat esensi keabadian Tuhan. Hal ini dipercayai bahwa penciptaan alam semesta adalah bentuk dari manifestasi dalam wujud yang sesungguhnya.

Pengembangan tasawuf sebagai kebiasaan dan amalan untuk mewujudkan kesucian batin dalam perjalanan menuju keintiman dengan Allah SWT. Hal ini juga menarik perhatian umat Islam dengan latar belakang teologis dan filosofis. Dari kelompok ini muncul kelompok sufi yang juga filosof atau filosof yang beraliran sufi. Konsep tasawuf mereka disebut tasawuf filosofis, yaitu tasawuf yang sarat dengan gagasan-gagasan filosofis. Ajaran filosofis yang paling sering digunakan dalam analisis tasawuf adalah pancaran Neoplatonisme dalam segala variasinya. Berdasarkan pemahamannya tentang teori pancaran, ia mengklaim bahwa melalui jalan tasawuf, manusia dapat membebaskan jiwanya dari cengkeraman tubuh (materi) dan langsung menerima cahaya ilahi (pemahaman sejati).

Perpaduan antara teori filsafat dan tasawuf ini oleh Suhrawardi al-Maqtul  (orang Persia atau Iran) dianggap menyimpang dari teori emanasi. Ia menegaskan bahwa melalui usaha yang sulit dan serius seperti para sufi, seseorang dapat membebaskan jiwanya dari unsur-unsur rangsangan jasmani (raga) untuk kembali ke landasan pertama, yaitu alam malakut atau di dunia ilahi. Pemahaman lengkap teori ini kemudian dikenal dengan al-isyraqiyah, yang ditulisnya dalam al-Hikmatul al-Isyraqiyah. Berdasarkan prinsip yang sama, al-Hallaj (w.308 H) merumuskan teorinya dalam ajaran al-hulul, yaitu perpaduan spiritual antara manusia dan Tuhan (al-Khaliq).

Perspektif Sufi yang menganjurkan menggunakan gagasan kesatuan Wujud atau penyatuan mistik. Dari inti ajaran ini adalah bahwa dunia yang fenomenal ini hanyalah bayangan dari realitas yang sebenarnya, yaitu Tuhan. Satu-satunya wujud esensial adalah wujud Tuhan, yang menjadi dasar dan sumber segala sesuatu. Dunia adalah bayangan yang keberadaannya bergantung pada wujud Tuhan, sehingga realitas wujud itu jauh lebih baik. Sekarang, itu hanya perbedaan relatif. Perbedaan penting yang dibuat untuk itu adalah hasil dari batas pikiran. (Abu Yazid al-Busthami)

Tasawuf cenderung memahami kesatuan antara manusia dan Tuhan. Maka mulai terlihat dalam apresiasi terhadap ittihad (negara) yang diungkapkan oleh Abu Yazid al-Busthami (w.261 H/875 M). Dalam Readings from the Mystics of Islam. Penulis selanjutnya memperlakukan secara ekstensif, dan pengaruhnya sangat luas dalam pengembangan studi panteisme Tasawuf. Dalam perkembangan tasawuf, Abu Yazid al-Busthami dipandang sebagai sosok yang mencetuskan konsep ittihad atau kesatuan antara manusia dengan Tuhan, atau dalam konsep Kejawen diungkapkan melalui konsep manunggaling kawulo Gusti. Mengapa Abu Yazid dianggap satu dengan Tuhan? karena dia mengungkapkan keyakinan yang menunjukkan bahwa dia sedang mengalami atau menjalani keadaan inisiasi. Terdapat ungkapan dari inisiasi yang dirasakan, sehingga merasakan suatu kejanggalan yang dialaminya.
Previous Post Next Post

Contact Form