Kepentingan Lain dalam Ajang Piala Dunia

Oleh: Syafrial Arrasyid

Piala dunia 2022 telah berakhir. Sepakbola menjadi ajang mencari uang dan mencari validasi tentang negara mana yang terbaik dan pantas untuk mendapatkannya.

Banyak drama yang tersaji dalam ajang empat tahunan kejuaran sepak bola antarnegara ini. Suka dan duka dialami oleh seluruh elemen yang terlibat. Mulai dari pemain, staff kepelatihan, hingga penonton juga merasakan hal yang sama ketika mendapat kabar tim kesayangan mereka. Terlepas dari isu bahwasanya piala dunia kali ini telah di setting atau tidak, kompetisi tetap kompetisi. Semua yang terjadi di lapangan merupakan hiburan bagi para penontonnya.

Tim yang memiliki kualitas dan kuantitas pemain yang sudah banyak memperoleh penghargaan, belum tentu bisa bertahan hingga akhir kompetisi. Lolos dari fase grup saja sudah menjadi keberuntungan bagi tim tersebut. Juara? Siapa yang bisa menebak benar dari awal hingga akhir? pasti sedikit banyak penonton merasakan keraguan ketika menghadapi tim yang lebih baik secara hitam di atas putih. Tetapi, bola itu bundar. Segala kemungkinan bisa terjadi. Dari bumi bagian mana pun berhak atas gelar juara dalam ajang ini.

Namun, ada secuil keunikan dari sebuah negara di sebelah tenggara benua Asia tepatnya. Memiliki ratusan juta jiwa yang bekerja dan bertahan hidup di sana. Negaranya terus saja berstatus berkembang belum sampai dikatakan maju. Segelintir masyarakatnya gemar mengundi nasib dikala event-event besar, tidak terkecuali Piala Dunia. Nasib hartanya bergantung kepada negara mana yang memenangkan pertandingan. Hal ini tentu saja tidak diperbolehkan jika kita ambil sudut pandang orang beragama. Dalam kitab sucinya mengatur akan hal ini.

Apakah mereka peduli? Apakah mereka berpikir sejauh itu? Tentu saja iya. Namun, siapa yang tidak mau kaya secara instan? Angka yang besar dibanding pendapatan mereka per bulan. Stigma untuk mendapakan uang yang instan tanpa perlu bekerja masih banyak ditemukan  pada  masyarakat ekonomi kelas bawah. Peluang kerja yang begitu sempit, mendesak mereka untuk bisa mendapatkan uang dengan cara apa pun. Namun itu bukan menjadi alasan, faktanya pejabat di negara tersebut juga banyak yang ikut dalam perjudian. Mungkin di antara masyarakat kelas bawah masih belum banyak yang mengetahui hal tersebut. Akan tetapi, sudah menjadi kewajaran di antara mereka (para pejabat) bergelut di dunia perjudian. Oleh sebab itu, jangan heran ketika muncul sebuah isu dalam suatu pertandingan sepak bola mencuat kabar setiap pertandingannya sudah “terencana” dan sudah ditentukan siapa pemenangnya. 

Kembali lagi ke Piala Dunia. Lantas apa keuntungan bagi suatu negara apabila negaranya berhasil keluar menjadi pemenang piala dunia? Apakah hadiah pada ajang piala dunia menjadi alasan utama? Tentu saja tidak. Banyak sekali keuntungan bagi suatu negara ketika memperoleh penghargaan ini. Selain diakui oleh negara lain sebagai negara terbaik yang berhasil membawa pulang gelar tersebut, negara pemenang akan mendapat sorotan seluruh media luar negeri yang mengakibatkan keuntungan bagi negara tersebut. Dengan begitu negara tersebut akan menjadi perhatian umum, bahkan akan banyak dikunjungi oleh turis dari negara lain. Peningkatan dari sektor ekonomi? Tentu.

Sungguh tidak adil rasanya, apabila kabar tentang piala dunia ini sudah di setting benar adanya. Itu sungguh memalukan dan akan membuat kepercayaan pencinta sepak bola luntur bahkan hilang. Perlahan mulai malas menonton pertandingan karena sudah mengetahui siapa yang bakal mengalah dalam pertandingan tersebut. Hanya karena suatu negara “mengemis” pengakuan dari negara lain dari sektor sepak bola .

Lantas untuk siapakah pertandingan sepak bola ini tercipta, jika pencinta sepak bola sudah malas pergi menuju stadion? Kecewa? Tentu. Semua akan acuh terhadap setiap hasil pertandingan sepak bola. Tidak ada lagi riuh penonton dari pinggir lapangan, teriakan histeris dari tribun kelas ekonomi terdengar sunyi, rating TV menurun, hingga berdampak pada pertandingan-pertandingan sepak bola lainnya. Sedangkan media masih saja berusaha mengabarkan bahwa itu semua bukan fakta. Omong kosong, siapa yang bisa menjamin suatu pertandingan berjalan dengan adil? Perlahan semua orang akan mengetahui faktanya.
Previous Post Next Post

Contact Form