Dibalik Ketokohan Muhammad Dan Krisna


Oleh: Naufa Izzul Ummam

Dilihat dari judul saja, pembaca barangkali akan langsung mengetahui apa yang hendak akan dibahas dalam artikel kali ini. Dua tokoh diatas merupakan figur yang sangat menginspirasi banyak kalangan. Entah mereka yang berasal dari Islam, mereka yang berasal dari Hindu, atau mereka yang berasal dari selain dua agama yang disebut. Terpelas dari perdebatan apakah salah satu tokoh hanyalah figur fiktif belaka, seharusnya pembaca sepakat dengan kalimat penulis sebelumnya. Dua tokoh diatas benar-benar sangat menginspirasi.

Tulisan ini dibuat untuk membahas bagaimana bentuk kebesaran dua tokoh diatas. Harta ataupun pasukan berkelas tidak setara dengan agungnya ketokohan mereka. Barangkali, orang yang berpaham materealistik tentu tidak akan setuju dengan kisah yang akan tertulis dibawah. Namun begitu, kisah ini akan membuktikan seberapa agung ketokohan mereka sehingga tiada satu hal pun yang sebanding apabila harus ditukar dengan mereka.

Krisna
Krisna, atau Basudewa Krisna diyakini merupakan jelmaan dari dewa Wisnu dalam pandangan Hindu. Ia kerap digambarkan dengan warna kulit biru gelap, suling dan sapi gembalaannya. Mungkin tidak perlu lebih dalam menjelaskan keagungan dari tokoh yang satu ini. Dengan latar belakangnya yang merupakan jelmaan dewa Wisnu, apakah ada alasan untuk tidak menganggapnya sebagai tokoh agung yang dihormati?

Sama dengan utusan atau jelmaan tuhan yang lain, Krisna ada untuk menegakkan dharma saat kondisi kacau atau saat dharma itu telah banyak dislewengkan. Dalam Mahabarata, penyelewang dharma ini diceritakan kerap dilakukan oleh klan Kurawa, anak-anak Destrarastra. Krisna hadir untuk menegakkan dharma dengan berada di sisi lawan dari Kurawa, Pandawa. Perseteruan dari Kurawa dan Pandawa akhirnya menyebabkan perang Kurustra. Di akhir cerita, dijelaskan bahwa dharma kembali tegak bersamaan dengan menangnya kubu Pandawa. Krisna kemudian meninggal setelah tugasnya selesai.

Ada hal yang menarik menjelang perang kurusetra terjadi. Sesuai dengan kebiasaan dinasti-dinasti terdahulu, mereka terlebih dahulu mencari sekutu untuk membantu peperangan. Tentu akan lebih mudah bagi mereka untuk mendekati sekutu yang masih memiliki hubungan darah, sebab hubungan darah akan membuat perasaan antar individu lebih terasa dekat.

Diceritakan bahwa Krisna berhasil mendirikan kerajaan Dwara dengan pasukan yang sangat kuat. Dengan hubungan darah dan kepemilikan pasukan kuat inilah Krisna menjadi daya tarik tersendiri bagi Kurawa dan Pandawa agar menjadikan Krisna sekutu dalam peperangan.  akhirnya, Pandawa maupun Kurawa-pun, di saat sebelum terjadinya peperangan pergi untuk meminta bantuan Krisna untuk membantu masing-masing pasukan mereka.

Namun yang menjadi masalah dalam lingkup Pandawa, Kurawa dan Krisna adalah mereka sama-sama memiliki hubungan yang begitu dekat. Tentu, akan menimbulkan kecemburuan di salah satu pihak apabila Krisna beserta pasukannya memihak pada pihak lainnya. Maka untuk menengahinya, Krisna membuat dua opsi pilihan. Antara dirinya di satu pihak, dan tentara Narayana di pihak yang lain. Kekuatan dirinya sebanding dengan gagah perkasanya pasukan Narayana. Namun hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah ia, Krisna tidak akan mengangkat senjata saat peperangan.

Duryudana dan Arjuna sebagai perwakilan dari kedua belah pihak dipersilahkan untuk memilih. Arjuna yang menjadi pemilih pertama memilih opsi Krisna. Hal yang seharusnya aneh apabila dipertimbangkan oleh logika. Bagaimana mungkin Arjuna memilih Krisna padahal Krisna di saat perang tidak diperbolehkan untuk mengangkat senjata? Atas keanehan ini Duryudana tidak dapat menahan rasa gembiranya. Ia berfikir bahwa Arjuna bodoh karena telah memilih Krisna dibandingkan dengan pasukan Narayana yang sangat tangguh.

Namun keanehan ini hanyalah keanehan dari pikiran akal. Terbukti, bahwa pihak Pandwa menang berkat taktik-taktik jitu dari Krisna. Akhir cerita kemudian menyuratkan bahwa Arjuna tidak bodoh saat memilih Krisna untuk berada dipihaknya. Saat ditanya mengapa lebih memilih Krisna, ia menjawab:
Aku ingin mencapai kebesaran seperti keagunganmu. Engkau memiliki kekuatan dan kesaktian untuk menghadapi semua kesatria di bumi ini. Aku merasa kelak aku akan bisa seperti itu.

Muhammad
Muhammad adalah seorang utusan Allah yang terakhir dalam pandangan Islam. Ia lahir dari keturunan terpandang. Anak cucu Ibrahim, suku Quraish dari klan Hasyim. Sebelum pengangkatannya menjadi Nabi, seberanya Muhammad memang menjadi orang yang sangat dihormati. Anak dari seorang yang paling mulia diantara anak-anak Abdul Mutthalib, serta suami dari seorang saudagar terpandang. Keagungannya bertambah setelah mendapat wahyu dan menjadi utusan tuhan pada saat usianya menginjak 40 tahun.

Tanggung jawabnya sebagai utusan tuhan membawanya untuk berdakwah sesuai dengan petunjuk tuhannya. Secara singkat dalam catatan sejarah disebutkan bahwa seruan yang dibawa olehnya mengalami banyak penolakan dari kerabatnya dari suku Quraish. Hal ini kemudian membawanya untuk hijrah ke Madinah setelah melalui proses pertimbangan yang cukup panjang.

Masyarakat Madinah, menyambut dengan baik kedatangan utusan tuhan ini. Mereka memberi segala macam bantuan berupa harta dan tempat tinggal kepada Muhammad serta pengikutnya. Muhammad kemudian menjadi figur sentral diantara masyarakat Madinah kala ia berhasil menyatukan dua suku yang berseteru. Ia kemudian diangkat menjadi pemimpin sosial dalam negara kota Madinah

Terlalu banyak keutamaan dan keagungan Muhammad jika menininjau berbagai literatur keislaman.  Alquran, Hadist, Astar dari para sahabat, serta ungkapan dari non muslimpun membanjiri keutamaan Muhammad. Cerita-cerita akan keagungannya seakan tak akan habis bila ditulis dengan tinta. Salah satunya adalah menakala ia membagi-bagi harta rampasan perang pasca perang Hunain.

Sesuai dengan kebiasaan umat zaman dahulu saat memenangkan perang, pemimpin membagi kepada pasukannya harta rampasan perang dengan cara yang adil. Namun pasca perang Hunain, Muhammad tidak membagikan harta peperangan kepada seluruh pasukan secara merata. Masyarakat Madinah yang merasakan ketidak adilan pembagian harta ini. Lebih-lebih, Abu Sufyan yang baru saja masuk Islam beserta anaknya mendapat banyak sekali pembagian harta ini, padahal dahulu sebulum masuk kedalam Islam, ia termasuk kedalam golongan yang mencaci maki Muhammad.

Akhirnya, masyarakat Madinah mengajukan protes kepada Muhammad. Ada diantara mereka yang bahkan mengatakan bahwa Muhammad tidak adil. Namun kalimat tersebut dibantah oleh Muhammad dengan mengatakan “siapa lagi yang akan berlaku adil jika Allah dan Rasul-Nya tidak adil?”

Muhammad lantas menjelaskan untuk memperjelas keadaan. Bukankah ia yang menjauhkan mereka dari kesesatan dengan lentera hidayah? Bukankah ia yang menegakkan persatuan kala mendapati Madinah dalam keadaan terpecah belah? Ia hanya memberi harta tersebut kepada orang yang baru Islam agar dapat menjinakkan hati para muallaf. Lebih lanjut ia menjelaskan, apakah mereka sudi membawa pulang harta yang berlimpah namun tidak dengan Muhammad?

Mendengar penjelasan tersebut, masyarakat Madinah menangis tersedu sedu sampai membasahi jenggot mereka. Serentak mereka menjawab “kami ridho Rasulullah sebagai pembagian dan pemberian”. Dengan jawaban ini, seakan akan mereka mengatakan “kami tidak butuh harta yang berlimpah, kami tidak butuh unta ataupun kambing dari harta rampasan perang, sebab Rasulullah adalah hal yang teramat penting bagi kami”.

Previous Post Next Post

Contact Form