Ajaran Tarekat Dalam Tasawuf


Oleh: Fidyah Qurrotul Uyun

Ajaran tarekat adalah salah satu pokok ajaran yang ada dalam tasawuf. Ajaran tarekat ini tidak dapat dipisahkan dengan ilmu tasawuf, dan tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan orang sufi. Sufi adalah orang yang menerapkan ajaran tasawuf dengan sebaik-baiknya. Sedangkan tarekat adalah tingkatan ajaran pokok dari tasawuf. Dalam Islam mempelajari tasawuf merupakan suatu keharusan, namun kenyataannya masih banyak orang yang tidak memahami hal tersebut dan menganggap bahwasannya beragama Islam saja sudah cukup.

Tasawuf pertama kali muncul pada abad ke 2 H, yang berkembang terus menerus dan meluas. Pengaruh eksternal munculnya tarekat diantaranya adalah filsafat, filsafat yunani, india/persia. Adapun tarekat yang berkembang pada abad ke 6 H adalah tarekat qadiriyah. Tarekat kadiriyah ini diajarkan oleh Abdul Qadir bin Abdullah Al-Jili yang merupakan seorang sufi terkenal di Baghdad kelahiran persia 471 H, yang dijuluki sebagai orang saleh yang memiliki keajaiban. Para golongan sufi mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarub kepada allah.

Tarekat qadiriyah terkenal karena keteguhannya dalam berpegang teguh kepada syariat. Tarekat qadariyah merupakan tarekat yang didirikan oleh Syekh Abdul Qadir Al Jailani dan kemudian berkembang serta berpusat di daerah Iraq. Adapun menurut Aj Arberry yang mengatakan,

bahwa faktor penentu keberhasilan tarekat qadiriyah dan tarekat sejenisnya adalah termasuk ketaatan dan keteguhannya kepada syariat islam.

Menurut Syekh Abdul Qadir Al Jailani, ada 7 ajaran utama yang dalam tarekat qadiriyah yang dapat memberikan beberapa petunjuk untuk mencapai kesucian diri yang tertinggi, yaitu taubat, zuhud, tawakal, syukur, sabar, ridha, dan jujur. Dari ajaran tersebut, lebih menekankan pada pensucian diri dari segala hal yang berkaitan dengan nafsu duniawi, yang diamalkan oleh para sufi tarekat qadiriyah.

Dalam kitab yang berjudul Kamus Ilmu Tasawuf  dijelaskan bahwa, kata Tarekat berasal dari bahasa Arab ṭariqah, yang bermakna “jalan yang ditempuh”. Kata ṭariqah digunakan dalam suatu makna tentang bagaimana seseorang melakukan pekerjaannya, baik terpuji maupun tercela. Kata ṭariqah dimaksudkan sebagai jalan menuju surga deengan mengamalkan tarekat, pelaku berusaha untuk melampaui batas diri manusianya dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Tarekat dalam istilah tasawuf adalah suatu jalan, yang dapat dilalui oleh manusia agar berada di posisi terdekat menuju Allah. Dimana jalan tersebut yang dapat dijadikan perantara untuk meraih keridhaan-Nya dengan menjalankan segala ajaran-Nya, dan menjadikan suatu salik (pengikutnya), berupaya untuk meninggalkan kehidupan duniawi demi untuk mendekatkan diri atas kehadirat Allah SWT.

Dalam istilah tasawuf, tarekat terbagi menjadi dua macam. Pertama, tarekat adalah suatu gerakan yang lengkap untuk memberikan latihan rohani dan Jasmani pada segolongan kaum muslimin menurut ajaran dan keyakinan tertentu. Kedua, tarekat untuk suatu kelompok persaudaraan yang didirikan menurut aturan dan perjanjian tertentu dimana, kelompok ini berfokus pada praktek ibadah dan dzikir secara kolektif yang diikat oleh aturan tertentu yang aktifitasnya bersifat duniawi ukrawi.

Mayoritas para sufi menjalankan tarekat secara individu, karena terkadang sesuatu yang dijalankan bersamaan dengan banyak orang memunculkan hasil-hasil yang kurang memuaskan. Namun, proses pelaksanaan secara pribadi tersebut menjadi faktor utama munculnya perbedaan antara satu sufi dengan sufi lainnya. Sehingga pada prakteknya muncul tata cara dan aturan-aturan yang berlainan dan muncul tarekat-tarekat lebih jauh dengan nama dan kaifiyah yang bermacam-macam.

Secara epistemologi, ada dua bentuk tarekat yaitu tarekat umum dan tarekat khusus. Tarekat secara umum adalah perbuatan yang dilakukan seseorang saleh dengan niat baik. Sedangkan tarekat khusus, seperti penggunaan dzikir yang hanya diperoleh dari seorang guru atau bimbingan spiritual untuk mendaki menuju tuhan dengan amalan amalan oleh sang guru. Peran penting guru disini yaitu sebagai yang mentransmisikan pengetahuan dari nabi.

Adapun para tokoh sufi dalam menjalankan tarekatnya dengan merumuskan sistematika, jalan, cara dan tingkatan yang harus dicapai oleh seorang sufi beserta murid-nuridnya untuk cepat berupaya bertaqarrub atau sikap mendekatkan diri kepada Allah SWT. Secara umum biasanya cara atau jalan yang digunakan antara sufi satu dengan sufi yang lain untuk mendekatkan diri kepada Allah berbeda-beda.

Dari pengertian tarekat diatas, memang banyak sekali varian, bentuk dari berbagai macam pengertian mengenai tarekat. Jadi dapat disimpulkan bahwa tarekat bagi semua muslim seperti mempraktekan tariqah pada tingkat tertentu yakni seperti amaliah ibadah yang ditekuni baik fardhu maupun sunnah karena untuk mendekatkan diri kepada allah SWT. Meskipun jalan yang ditempuh oleh masing-masing tareqat memiliki perbedaan, namun tujuan akhirnya tetap sama yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Previous Post Next Post

Contact Form