Oleh : Muhammad Haris Miftah Sibawayhie
Akhir-akhir ini ramai sekali dikalangan masyarakat memperbincangkan keeksistensian perdukunan yang sedang marak di bumi +62 ini. Sebagian masyarakat indonesia beranggapan bahwa dukun merupakan sarana untuk berobat sama halnya seperti dokter. Alih-alih berobat, dukun pun terkadang menjadi tempat pengaduan nasib, dan lebih dari itu banyak masyarakat yang menjadikan dukun sebagai pekerjaan yang mampu menghasilkan pundi-pundi uang dengan segala tipu muslihat. Namun kostum yang digunakan kali ini bukan seperti cosplay robot jepang atau anime, akan tetapi berkostum agamis. Tak ayal jika hal tersebut menyimpang dari syariat dan menjadi sorotan khalayak umum sehingga memicu keyakinan akan ilmu tersebut.
Di dalam hadits Rasulullah mengancam seseorang yang mempercayai dukun
مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
Artinya, “Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal dan dia membenarkan ucapannya, maka dia berarti telah kufur pada Al-Quran yang telah diturunkan kepada Muhammad.” (HR Ahmad)
Berangkat dari hadits di atas, Syekh Abdurrauf al-Munawi mengatakan, jika seseorang meyakini seorang dukun mampu mengatahui hal-hal gaib tanpa perantara apapun maka orang tersebut dianggap kafir. Akan tetapi jika ia meyakini pengetahuan dukun tentang perkara gaib tersebut melalui perantara jin yang telah mencuri dengar dari malaikat maka tidak sampai kafir.
Di sisi lain Imam at-Thabari di dalam kitab Jami' al-Bayan menafsiri surat al-Jin ayat 26-27
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَداً (٢٦) إلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَداً (٢٧)
Artinya, “Dia mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya.”
Ayat ini menegaskan bahwa hanya Allah swt yang bisa mengetahui hal-hal gaib kecuali orang-orang yang Dia kehendaki seperti para nabi melalui wahyu atau orang-orang saleh melalui ilham. Antara hadits dan tafsiran Imam at-Thabari tersebut memiliki kesinambungan bahwasanya segala hal yang sifatnya berbau hal ghaib itu hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang mempunyai ketaqwaan yang tinggi seperti para nabi dan para wali.
Apalagi kalau berbicara tentang ilmu kekebalan, pada saat perang Uhud gigi geraham Rasulullah Saw patah terkena hantaman musuh. Jikalau hal tersebut memang ada seperti zaman sekarang ini mungkin gigi geraham Rasulullah Saw tak patah karena KEBAL.
Mari kita sama-sama flash back kepada kisah Harut dan Marut. Di dalam kitab Hasyiah al-Showi di ceritakan dalam penciptaan manusia, malaikat menggugat Allah dengan dalih “Jikalau manusia diciptakan, maka manusia akan membuat kekacauan dan pertumpahan darah dibumi”. Sebagai tindak lanjut pernyataan malaikat tersebut, Allah memerintahkan Malaikat Harut dan Marut turun ke bumi untuk melakukan tugas yang berkempuan sama halnya seperti manusia, yakni mempunyai nafsu dan syahwat.
Syahdan harut dan marut turun ke bumi, namun apadaya harut dan marut terperdaya oleh rayuan wanita. Hal tersebut membuat harut dan marut membeberkan bacaan-bacaan yang dapat membuat harut marut kembali naik ke langit. Bahkan dalam kitab tafsir al-Munir, harut dan marut ini mampu mengajari sihir kepada orang yang menjumpainya.
Sekelas Malaikat harut dan marut saja dapat terperdaya apalagi manusia. Sangat disayangkan sekali oknum-oknum sekarang merubah pakaian untuk merubah nasib, lalu mempraktekan perdukunan dengan bingkisan sorban di kepala. Kilas kisah harut marut ini memiliki ke unikan sendiri yang terletak pada الإسم الأعظم (bacaan/mantra), yang mana syetan juga memiliki mantra untuk memperdaya manusia. Seperti halnya tafsir surat an-Nas ayat 5-6
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (٥) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (٦)
Artinya “yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia”
Jika di telaah kembali, perdukunan itu tak jauh dari mantra-mantra, yang tafsiran ayat tersebut menegaskan bahwa syetan mampu menggoda manusia dan jin dengan menggunakan bisikan atau mantra.
Oleh karenanya kita harus sadar diri agar tak tertipu daya oleh perdukunan yang berkedok agamis, sebab sudah kita ketahui bersama bahwa takdir kita berada ditangan (kekuasaan) Allah. Maka dari itu berikhtiarlah sesuai kemampuan dengan tanpa menjual agama dalam kemasan perdukunan, sebab kita tidak bisa memastikan bahwa seorang dukun memiliki ketaqwaan kepada Allah atau tidak, karena bisa jadi mantra-mantra yang di peroleh dari dukun merupakan bisikan-bisikan dari syetan, naudzubillah.